BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai manajemen konflik maka terlebih dahulu kita harus
mengetahui pengertian dari Manajemen konflik itu sendiri, Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa
Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan
sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Sedangkan konflik adalah pertentangan antara
orang-orang atau kelompok. Banyak definisi tentang konflik yang diberikan oleh
ahli manajemen. Hal ini tergantung pada sudut tinjauan yang digunakan dan
persepsi para ahli tersebut tentang konflik dalam organisasi. Namun, di antara
makna-makna yang berbeda itu nampak ada suatu kesepakatan, bahwa konflik
dilatarbelakangi oleh adanya ketidakcocokan atau perbedaan dalam hal ini, tujuan,
status, dan budaya.
Pada
makalah ini akan dijelaskan secara lebih mendalam mengenai Definisi Manajemen
Konflik, Jenis konflik, dan beberapa metode pengelolaan konflik, yang semoga
dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi pembaca.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
definisi manajemen Konflik?
2.
Apa
Saja Jenis-jenis Konflik?
3.
Apa
metoda stimulasi konflik?
4.
Apa
metoda pengurangan konflik?
5.
Apa
metoda penyelesaian konflik?
6.
Apa
metode penanggulangan konflik?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui
definisi manajemen Konflik
2.
Mengetahui
Jenis-jenis Konflik
3.
Mengetahi
Apa saja Metoda Stimulasi Konflik
4.
Mengetahui
Apa saja Metoda pengurangan konflik
5.
Mengetahui
Apa saja Metoda penyelesaian konflik
6.
Mengetahui
Apa saja Metode Penanggulangan Konflik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI MANAJEMEN KONFLIK
Kata
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal. Sedngkan Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan
pendapat antara orang-orang, kelompok atau organisasi , mengingat adanya
berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang manajemen, maka adalah
rasional untuk menduga akan timbulnya perbedaan-perbedaan pendapat
keyakinan-keyakinan serta ide-ide.
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi
antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik
termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan
pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar
dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.
Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang
diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini
karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan
terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau
kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga
salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan
antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri
individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah
dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau
stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono, 1993, p.4)
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt,
dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi)
yaitu : Conflict is a
situation which two or more people disagree over issues of organisational
substance and/or experience some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Menurut Stoner Konflik organisasi ialah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang
langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
(Wahyudi, 2006:17)
Daniel
Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak
yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan
(Pickering, 2001).
B. JENIS-JENIS KONFLIK
Konflik itu mempunyai banyak jenis seperti yang dikatakan
James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflikyaitu
konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan
kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
a. Konflik Intrapersonal
Konflik
intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu
biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
1. Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan
peranan-peranan yang bersaing
2. Banyaknya bentuk halangan-halangan yang
bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
3. Terdapatnya baik aspek yang positif
maupun negatif yang menghalangi tujuan tujuanyang diinginkan.
Hal-hal
di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acap kali
menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang
tidak menyenangkan.
Ada
tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
1. Konflik pendekatan-pendekatan,
contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
2. Konflik pendekatan penghindaran,
contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
3. Konflik penghindaran-penghindaran,
contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan
negatif sekaligus.
b. Konflik Interpersonal
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Maka Hal ini sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik
interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan
untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja
mereka.
Sebagai
contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok
kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok
dimana ia berada.
Konflik
antara kelompok dalam organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik
yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf,
pekerja dan pekerja manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar
kelompok. Konflik antara organisasi Contoh seperti di bidang ekonomi dimana
Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan
konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan
pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk
baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber
daya secara lebih efisien.
c. Konflik antar perorangan
Konflik
antar perorangan terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih.
Konflik ini biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap
orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah dialami oleh setiap anggota
organisasi baik hanya dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap.
Misalnya seorang manajer pemasaran merasa tidak senang dengan hasil kerja
manajer produksi. Akan tetapi perasaan ini tidak selalu dilakukan secara
terbuka tapi bisa juga secara diam-diam. Apabila ini berlangsung lebih lama,
bisa menyebabkan ketidak selarasan dalam pengambilan keputusan
d. Konflik Antar Kelompok
Konflik
antar perorangan terjadi antara satu individu dengan individu lain
atau lebih. Tingkat lainnya dalam
konflik di organisasi adalah konflik antar kelompok. Seperti diketahui bahwa
sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang terdiri dari
banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu kelompok mengalami pertentangan
dengan unit-unit dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang harus
bisa menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan pertentangan ini apabila
dipertahankan maka akan menjadi koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi
sulit.
e. Konflik antar organisasi
Konflik
juga bisa terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain. Hal ini tidak
selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang
sama. Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut badan
terhadap kinerja suatu organisasi.
Sebagai
contoh badan serikat pekerja di cocok dengan perlakuan suatu perusahaan
terhadap pekerja yang menjadi anggota serikatnya. Konflik ini dimulai dari
ketidak sesuaian antara para manajer sebagai individu yang mewakili organisasi
secara total. Pada situasi konflik seperti ini para manajer tingkat menengah
kebawah bisa berperan sebagai penghubung-penghubung dengan pihak luar yang
berhubungan dengan bidangnya.
Apabila
konflik ini bisa diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan
pada kegiatan organisasi, maka konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi
kemajuan organisasi.
C. METODA STIMULASI KONFLIK
Konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara cara yang lebih
baik dalam melaksananakan kegiatan kerja kelo mpok. Situasi dimana konflik
terlalu rendah akan menyebabkan karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif.
Ciri-ciri pada
situasi seperti ini adalah:
·
Kejadian,
perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan orang orang bekerja lebih baik diabaikan,
·
Para
anggota kelompok saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan
pelaksanaan kerja
Konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara cara yang lebih
baik dalam melaksananakan kegiatan kerja kelompok. Situasi dimana konflik
terlalu rendah akan menyebabkan karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif.
Ciri-ciri pada Konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara cara yang
lebih baik dalam melaksananakan kegiatan kerja kelompok. Situasi dimana konflik
terlalu rendah akan menyebabkan karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif,
Sehingga Manajer dari kelompok ini perlu merangsang timbulnya persaingan dan
konflik yang dapat mempunyai efek penggemblengan.
Metode ini dapat dilakukan dengan cara:
Metode ini dapat dilakukan dengan cara:
· Memasukan
atau menempatkan orang luar kedalam kelompok
· Penyusunan kembali organisasi
· Penawaran
bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan
· Pemilihan
manajer yang tepat
· Perlakuan
yang berbeda dengan kebiasaan
D. METODE PENGURANGAN
KONFLIK
Metode ini menekan terjadinya antogonisme yang ditimbulkan oleh konflik, lebih sering mengelola konflik dengan “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani masalah yang semula menimbulkan konflik. Hal ini dapat dilakukan dengan:
Metode ini menekan terjadinya antogonisme yang ditimbulkan oleh konflik, lebih sering mengelola konflik dengan “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani masalah yang semula menimbulkan konflik. Hal ini dapat dilakukan dengan:
·
Pendekatan
efektif pertama mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan yang
lebih bisa diterima kedua kelompok.
·
Mempersatukan kedua kelompok yang bertentangan
untuk menghadapi “ancaman” atau “musuh” yang sama.
E. METODE PENYELESAIAN KONFLIK
Metode penyelesaian
konflik secara langsung mempengaruhi pihak pihak yang bertentangan. Metoda yang
digunakan mencakup perubahan dalam struktur organisasi, mekanisme
koordinasi,dan sebagainya. Ada tiga metoda dalam menyelesaikan konflik;
a. Dominasi dan penekanan.
Dapat
dilakukan dengan cara;
a. Kekerasan (forcing) : bersifat
penenkanan otokratik
b. Penenangan (smoothing) : cara
diplomatis
c. c. Penghindaran (avoidance) : menghindar
untuk mengambil posisi yang tegas
d. Aturan Mayoritas (Majority rule) : melakukan
pemungutan suara (voting)
b. Kompromi
Mencari
jalan tengah cara ini dapat dilakukan dengan;
a. Pemisahan (separation) : pihak yang
bertentangan dipisahkan sampai ada persetujuan
b. Arbitrasi (perwasitan) :pihak ketiga
dimintai pendapat,kembali pada peraturan yang berlaku
c. Penyuapan (bribing): salah satu pihak
menerima kompensasi dalam pertukaran untuk tercapainya penyelesaian konflik.
c. Pemecahan Masalah Integratif
Konflik antar
kelompok diubah menjadi situasi pemecahan masalah bersama yang dapat
diselesaikan melalui tekhnik tekhnik;
a. Konsensus
Dimana pihak yang bertentangan bertemu mencari peneyelesaian terbaik, bukan mencari kemenangan sesuatu sepihak.
Dimana pihak yang bertentangan bertemu mencari peneyelesaian terbaik, bukan mencari kemenangan sesuatu sepihak.
b. Konfrontasi
Pihak pihak yang saling berhadapan menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain, diperlukan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima penyelesaian, penyelesaian konflik yang rasional sering dapat ditemukan.
Pihak pihak yang saling berhadapan menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain, diperlukan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima penyelesaian, penyelesaian konflik yang rasional sering dapat ditemukan.
c. Tujuan Tujuan yang lebih Tinggi
(superordinate goals)
Metoda penyelesaian konflik dengan
persetujuan bersama untuk menetapkan tujuan.
Menurut
Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam
konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar
dalam mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan
Kesenjangan
antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya.
Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak
mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang
terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa,
dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah
utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah
masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat
di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak
praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik.
Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah
bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan
pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5. Evaluasi
Penyelesaian
itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya
tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah
lagi.
Stevenin
(1993 : 139-141) juga memaparkan bahwa ketika mengalami konflik, ada hal-hal
yang tidak boleh dilakukan di tengah-tengah konflik, yaitu:
1. Jangan hanyut dalam perebutan kekuasaan
dengan orang lain. Ada pepatah dalam masyarakat yang tidak dapat dipungkiri,
bunyinya: bila wewenang bertambah maka kekuasaan pun berkurang, demikian pula
sebaiknya.
2. Jangan terlalu terpisah dari konflik. Dinamika
dan hasil konflik dapat ditangani secara paling baik dari dalam, tanpa
melibatkan pihak ketiga.
3. Jangan biarkan visi dibangun oleh konflik yang
ada. Jagalah cara pandang dengan berkonsentrasi pada masalah-masalah penting.
Masalah yang paling mendesak belum tentu merupakan kesempatan yang terbesar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen
konflik merupakan suatu cara atau langkah yang dilakukan oleh pelaku konflik
untuk mengarahkan suatu pertentangan ke
arah hasil tertentu melalui beberapa metode
pengelolaan konflik baik dengan atau tanpa pihak ketiga.
B. SARAN
Untuk
mengatasi konflik diperlukan pihak yang dapat bersikap netral dalam mengambil
sebuah keputusan sehingga konflik dalam manajemen dapat diatasi dan diarahkan
ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://raitetsu.wordpress.com/2009/11/29/jenis-jenis-konflik/
http://www.masbied.com/2010/06/04/metode-pengelolaan-pengurangan-dan-penyelesaian-konflik/
http://www.pengertianmanagement.blogspot.com/2013/03/managemen-konflik-definisi-ciri-sumber.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar